Lita - Seni Berekspresi dan Menemukan Jati Diri
Seni adalah media yang kuat untuk mengekspresikan sebuah perasaan. Selain itu, seni memiliki sifat universal, ia dapat menjadi sarana paling optimal untuk membagikan cerita ke masyarakat di seluruh dunia. Karena itu, banyak pembaharu muda yang menggunakan seni sebagai bagian dalam inisiatif pembaharuan mereka, termasuk Lita dan teman-temannya. Mereka mendorong anak-anak muda di sekitar untuk menjadi pembaharu melalui seni. Cerita Lita memberikan gambaran bahwa para pemuda dapat mengekspresikan ide, bakat dan imajinasi mereka melalui kreatifitas dan kolaborasi yang ditujukan untuk kebaikan.
Maria Angelita, atau akrab disapa Lita, belajar menggambar dari sang ayah di usia belia. Ketika itu ia menemukan minatnya di bidang seni melihat bagaimana dirinya dapat menyalurkan perasaan dan gagasan di selembar kertas sebagai media komunikasi untuk berbagi kisah dengan teman-teman.
Di sekolah dasar, Lita mengalami perundungan dan mendapati kurangnya dukungan dari pihak sekolah dalam menyikapi kejadian tersebut. Menanggapi hal itu, Lita dan keluarga memutuskan untuk pindah ke sekolah dengan lingkungan yang lebih inklusif dan beragam. Meski pada awalnya ragu, Lita kemudian menyadari bahwa ia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, dan motivasi belajarnya kian meningkat ketika berada di lingkungan sekolah yang positif. Dengan cepat Lita menemukan teman baru dan bersama mereka menggambar, melukis, dan menari.
Lita mendapati teman-temannya menjadi lebih bersemangat dan berdaya melalui seni, termasuk musik dan tari. Mereka terus berkegiatan dan berkarya bersama. Di sisi lain, Lita dan teman-temannya menyadari bahwa masih sedikit waktu dan kesempatan yang tersedia bagi anak muda di sekitarnya untuk mengekspresikan minat, bakat dan pendapat mereka. Baik di rumah maupun sekolah, banyak anak muda yang kurang mendapat dukungan untuk mengeksplorasi lebih jauh minatnya di bidang seni dan kreativitas dikarenakan kendala ekonomi dan budaya yang mempengaruhi "waktu luang".
Seiring waktu, ketika Lita dan teman-teman terus mengembangkan dan berbagi semangatnya di bidang seni, semakin banyak anak muda yang tertarik untuk bergabung dan membentuk sebuah tim. Bersama, mereka mendirikan "Main Bareng Project" dengan tujuan untuk menciptakan ruang bagi anak muda untuk bermain dan berkarya bersama, mengasah kreativitas dalam mengekspresikan isi hati dan pikirannya.
Kini, di usia ke-14, Lita mengelola inisiatifnya yang berlangsung di lebih dari 5 sekolah dan komunitas di Yogyakarta. Tim yang dibentuk oleh Lita mendorong anak muda untuk menemukan “suaranya” melalui seni, seperti menulis, melukis, menggambar, seni kriya, bermusik atau menari.
Kreativitas yang dinamis ini memungkinkan seseorang untuk mengeksplorasi dan berekspresi sekaligus menjaga lingkungan melalui pembelajaran lintas budaya, komunikasi dan sikap saling mengerti. Hal ini juga dipahami oleh Lita dan tim yang berusaha memaksimalkan potensi seni sebagai bahasa yang universal. Sebagai contohnya, mereka berkegiatan bersama dengan siswa tuli untuk mengekspresikan perasaan atau gagasannya melalui gambar dan bahasa isyarat.
Wadah kolaboratif ini mendorong para remaja untuk mendiskusikan isu sosial yang mereka hadapi di sekitar serta menggali minat dan kepentingan bersama, seperti isu lingkungan. Saat ini, tim Lita mengembangkan kampanye anti rokok dan tembakau di komunitas mereka.
Inspirasi dan semangat Lita membawa perubahan didapat salah satunya dari pembaharu muda lain, seperti Faye Simanjuntak, remaja yang mendirikan Rumah Faye, sebuah organisasi yang berjuang melawan perdagangan manusia di Indonesia. Lita percaya bahwa “Jika dia bisa melakukannya, aku juga bisa.”
Dorongan serupa juga Lita peroleh dari orang tua yang senantiasa mengajarkan mengenai pentingnya kerja keras dan kebaikan. Lita menekankan bahwa “Main Bareng Project” tidak akan bisa berjalan tanpa kolaborasi dan kepemimpinan dari anggota tim yang bersama-sama berdedikasi pada misi organisasi.
Melalui inisiatifnya, Lita tidak hanya berusaha untuk mengajak anak muda untuk menemukan bakatnya, ia juga mengajak mereka untuk menjadi pembaharu muda yang aktif berpartisipasi dalam perkembangan bangsa yang positif. Lita membayangkan bahwa suatu hari akan ada dunia dimana setiap anak muda berani dan percaya diri untuk mengemukakan opini mereka dan memiliki kekuatan untuk menjadi pembaharu di lingkungan masing-masing, dan semua itu bisa dimulai dengan mengasah kemampuan mengekspresikan diri melalui seni.
Lita percaya bahwa “setiap anak punya potensinya masing-masing, … sesuatu yang bisa dibagikan dan dibanggakan, bisa digunakan untuk sesuatu yang baik, … dan kalian harus temukan dan kembangkan itu dalam dirimu!”.