Meniti Perubahan Lewat Sekolah Orang Tua: Kisah Perjalanan Gaharu Keluarga
Kisah Baik Bung Ram, Sekolah Orang Tua
Tulisan ini merupakan beberapa catatan kecil saya dalam menjalankan “misi” hebat di tengah-tengah berbagai macam perubahan dan tantangan hidup manusia, kelompok masyarakat, dan dalam lingkup kecilnya, keluarga, kemudian dikecilkan lagi, jadi individu.
Jadi di sini saya mau bercerita saja, beberapa langkah kecil, sangat kecil, jadi bukan mewakili sebuah tulisan atau cerita tentang kisah baik gerakan atau misi hebat di atas, sebagai bagian dari unjuk kerja nyata, pada tim Change Leaders Gerakan Pembaharu (Gaharu) Keluarga bersama Ashoka Indonesia.
Di catatan kecil ini saya hanya ingin menuangkan apa yang terlintas dan saya rasakan tatkala memulai “misi” hebat Gaharu Keluarga, di lokasi sasaran kerja saya. Nah, semoga apa yang tertuang dari deskripsi asa dan ekspektasi diri yang masih belum pas disebut sebuah ‘Kisah Baik’ ini justru bisa menjadi bahan bakar saya berikutnya, setelah mendengarkan cerita-cerita hebat sesama Change Leaders.
Paling tidak harapan saya nanti, skema tulisan dan gerbong pengalaman kawan-kawan akan yang membantu, menginspirasi cerita saya di kemudian hari untuk terus mencoba, dan mencoba, itu kata kuncinya.
Perjalanan Memulai “Misi” Hebat
Saya memulai “misi” hebat ini dengan komunitas parenting yang sudah lama saya inisiasi dan bangun, yaitu komunitas parenting Sekolah Orang Tua. Kemudian di salah satu project saya membuat tim dengan nama ‘Komunitas Oikogeneia’. Yang saya jadikan core tim untuk project Gaharu Keluarga.
Dengan membentuk tim inti awal sejumlah 3 orang, saya mulai mempromosikan konsep keluarga pembaharu dalam jaringan Yayasan Sejiwa. Waktu itu kita mulai membangun komunitas keluarga penggerak. Di mana keluarga penggerak ini menjadi motor dalam kerangka awal untuk merencanakan langkah sosialisasi program.
Kami memulai dengan membuat kegiatan webinar, untuk mengenalkan komunitas dan program parenting yang beririsan dengan gerakan Gaharu Keluarga. Di sini semangat kami mulai semakin menggebu, membesar dan terus mengobarkan asa yang kuat dan mimpi yang hebat.
Memantik pikiran, menabur bunga di kolam harapan. Kami dengan tim keluarga penggerak berjumlah 7 orang. Dan mulai menyusun program untuk mengajak keluarga di satu lokasi yang menurut kami cukup representatif.
Dengan berkoordinasi bersama tokoh desa, dan beberapa perwakilan keluarga, kami berembuk untuk menyusun agenda. Diskusi visi dan misi komunitas hingga mengkritisi kepala desa, menganalisis berbasis SWOT, hingga membuat timeline yang cukup ‘hot’.
Begitu bersemangatnya kami, hingga di ruang pertemuan ketika mendengarkan cerita dan berbagai keinginan keluarga, sampai tak sadar menghabiskan lima potongan kue di piring! Hasilnya adalah, kami sepakat bahwa usaha harus terus dikuatkan, alur kerja dipaparkan, timeline kegiatan disusun dan dikoordinasikan. Tentunya tetap berserah dan jangan pernah memaksa takdir Tuhan. Karena, ujian kendala serta tantangan bisa saja muncul tiba-tiba di depan.
Tantangan Pertama
Pada proses awal ini, tim mendapat usulan agar agenda ditunda, karena beberapa kesibukan. Ditambah dengan keluarga yang kami sasar harus melaksanakan banyak hajatan dan acara kondangan lainnya.
Di sini saya tidak mengistilahkannya dengan kendala, melainkan sebuah tantangan. Gerakan Gaharu Keluarga memang perlu disosialisasikan dengan berbagai pendekatan. Dengan koordinasi serta strategi memilih waktu yang lebih proporsional, memudahkan dan juga ada penyesuaian.
Tentunya, kami tetap menunggu dan mengkonfirmasi terus. Sambil terus mencoba membuat opsi lain yang agak serius, saya coba ekspansi sasaran dengan program parenting keluarga yang sasarannya adalah sekolah, orang tua siswa.
Cara ini mungkin ini sedikit berbeda dengan gerakan-gerakan Change Leaders yang lain. Hal ini karena memang sejak awal kami bergerak dimulai dengan pola sosialisasi program parenting, yang mana tujuannya tentu memberikan pencerahan kepada para orang tua tentang pola didik, pola asuh dan berbagai hal lainnya. Menurut saya hal tersebut tetap akan sejalan dengan koridor gerakan Gaharu Keluarga.
Kami juga berkoordinasi dengan kepala sekolah dan guru-guru, untuk mengenalkan pola asuh positif, parenting positif untuk menghasilkan gerakan perubahan, yang dimulai dari rumah. Pendidikan yang selaras antara di rumah dan di sekolah.
Jadi secara upaya untuk menemukan solusi atas tantangan yang dihadapi, masih terus kami evaluasi, lakukan koordinasi, dan berupaya menemukan pendekatan-pendekatan alternatif, mendiskusikan dengan tim dengan melihat segala permasalahan dari segala sisi.
Hal penting yang kami lakukan adalah beberapa perencanaan ke depan sudah mulai kami petakan kembali, di antaranya:
- Membuat sosialisasi gerakan lewat kegiatan seminar (online dan offline).
- Membuat rekaman video podcast dan reels.
- Melakukan kerjasama dengan beberapa sekolah di Jakarta.
- Membuat kegiatan open recruitment calon relawan penggerak Gaharu Keluarga.
- Tetap menindaklanjuti sasaran keluarga yang sebelumnya sempat tertunda.
Terus Melakukan Edukasi Parenting
Meskipun, pada catatan ini saya belum dapat menuliskan pencapaian apa saja dari gerakan komunitas kami secara spesifik. Seperti yang saya sebutkan di bagian awal, kami masih dalam proses pendekatan dengan calon keluarga pada sasaran gerakan, melalui edukasi parenting.
Namun paling tidak, dengan kegiatan edukasi parenting, sudah mulai ada respons dari beberapa orang tua yang kebetulan pernah ikut webinar kami saat melakukan sosialisasi. Walau kecil, tapi menurut kami itu adalah sebuah perubahan yang baik. Kami optimis perubahan itu akan terus berjalan, bergerak dan menjadi besar.
Ada quotes menarik yang pernah saya baca dalam satu momen ketika saya mempersiapkan beberapa kegiatan parenting dalam aktivitas komunitas saya. Tapi entahlah, apakah quotes ini relevan dengan catatan saya di kisah baik ini;
“Ada dua jenis perubahan dalam hidup ini, yang diinginkan, dan yang tidak diinginkan. Yang pertama karena kita memulainya dan kemudian terjadi perubahan tersebut. Yang kedua kita tidak pernah memikirkannya, namun perubahan tetap datang dalam kehidupan kita, minimal kita merasakan tubuh kita berubah hingga melemah.”
Oleh karena itu saya ingin mengambil model perubahan yang pertama, yang harus saya mulai dan saya upayakan dengan segala kemampuan saya. Dengan komunitas yang ada bersama saya, untuk menjadi pembaharu, dalam keluarga dan masyarakat dunia.
(Ramdani dari SEJIWA/Sekolah Orang Tua, Change Leader Gaharu Keluarga. Pendamping Keluarga dan Penulis Kisah Baik Gaharu Keluarga Jakarta)