Membangun Semangat Gaharu Keluarga Melalui Plastik Kresek

Tri Ratna Sukmawati, sebagai Change Leader Gaharu Keluarga, menghadapi tantangan dalam mengenalkan gerakan ini melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama dengan komunitas Aisyiyah sempat gagal, namun ia bangkit kembali dengan pendekatan kedua yang fokus pada pengelolaan sampah plastik bersama komunitas shodaqoh sampah. Berkat semangat dan adaptasinya, ia berhasil membina keluarga untuk peduli lingkungan dan menjalankan gerakan Gaharu Keluarga secara efektif di Bantul, Yogyakarta.
Story bubbles on world map
Source: Ashoka

Mengenalkan gerakan Gaharu Keluarga bukanlah hal yang mudah bagi saya. Perjalanan panjang dan cukup berliku, memberikan saya banyak arti dan semakin mengerti, bahwa untuk mewujudkan niat baik memang penuh dengan tantangan. Satu hal yang pasti dan harus dimiliki dan dipertahankan adalah semangat. Bermodalkan semangat inilah, saya berupaya keras agar gerakan pembaharu keluarga ini dapat terwujud.

Pendekatan Pertama yang Memberi Makna


Saya mengawali pendekatan dengan para keluarga adalah dengan masuk dalam komunitas majelis kesejahteraan Sosial milik Aisyiyah. Di komunitas, saya memilih sejumlah 7 teman yang mualaf dan ada kedekatan khusus, karena kebetulan tetangga dan ada yang masih termasuk keluarga untuk diajak pertemuan bersama.

Pendekatan ini berjalan cukup lancar dan baik, kami mengagendakan untuk pertemuan pertama. Akhirnya, terwujudlah pertemuan pertama di mana para peserta datang tanpa keluarga dan merespon sosialisasi dengan baik. Saya senang melihat kondisi ini dan merasa perjalanan selanjutkan akan berjalan sesuai rencana.

Selanjutnya pertemuan kedua, situasi terasa lebih ramai karena peserta membawa keluarganya masing-masing walaupun tak sepenuhnya lengkap anggota keluarga hadir. Saya merasa di pertemuan kedua ini berjalan baik, dan di pertemuan ketiga akan ada progres lebih lanjut lagi.

Sayangnya, harapan saya pupus karena di pertemuan lanjutan semua anggota keluarga tersebut justru izin tidak hadir. Seketika saya merasa tidak mendapatkan dukungan dan ada rasa kecewa yang dalam atas kondisi ini. Dalam pemikiran saya, saya melihat tidak adanya pemahaman dan kebutuhan yang sama antara kami. Lantas, jika tidak ada tujuan bersama, apa yang dapat diupayakan dan dicapai bersama-sama?

Seribu satu perasaan berkecamuk dalam diri saya. Tapi saya ingat, bahwa mengenalkan gerakan Gaharu Keluarga adalah sebuah amanah. Jangan karena rasa kecewa, malu dan sedih saya ini, maka amanah tersebut tidak sampai pada tujuannya. Saya pun mengerahkan kembali semangat yang sempat hilang, mencoba mengevaluasi kondisi yang sudah lewat dan merencanakan cara baru yang dirasa lebih jitu.

Semangat Baru pada Pendekatan Kedua


Perlahan tapi pasti, saya merasa dapat mengumpulkan kekuatan baru lagi. Saya berusaha membentuk circle baru yang memiliki keresahan dan kesenangan yang sama, yaitu 
dalam komunitas yang mengusung program shodaqoh sampah. Komunitas ini sangat paham tentang bahaya sampah yang sulit terurai atau non organik dan memiliki budaya mengelola sampah rumah tangga dengan baik. 

Salah satu keresahan yang sama dari komunitas ini adalah mengenai sampah plastik kresek yang masih belum mampu dikelola dengan baik dan sepertinya masih  menjadi kebutuhan utama dengan adanya kantong kresek dalam kehidupan sehari-hari. Berangkat dari itulah, lahir ide untuk mendayagunakan kantong kresek bekas untuk upaya mengurangi penggunaan kresek secara berlebihan. 

Situasi di komunitas pun menjadi menyenangkan, karena para peserta yang terdiri dari Ibu-Ibu beserta keluarganya sangat menikmati dan berbahagia karena merasa bisa saling memberi manfaat bagi keluarga mereka.

Dari kedua peristiwa tersebut, banyak sekali pengalaman yang saya petik. Saya merujuk dari sejak saya menjadi Changes Leader Gerakan Pembaharu (Gaharu) Keluarga setelah mengikuti TOT di Bogor dan saya memiliki komitmen untuk melakukan prakarsa perubahan dengan komunitas yang saya bentuk. 

Pada saat didapuk sebagai change leaders perasaan saya tentu sangat bahagia dan merasa tertantang, kemudian mengalami situasi yang tidak sesuai harapan hingga kehilangan semangat. Namun di sisi lain, saya menjadi peka dengan lingkungan karena dari perasaan sedih dan kecewa karena gagal saya menjadi memiliki ide baru, untuk komunitas baru. Saya juga mampu menyelaraskan dengan visi misi komunitas saya untuk peduli lingkungan, yaitu dengan pengelolaan sampah dengan spesifikasinya adalah sampah plastik kresek. 

Begitu banyak pembelajaran yang saya dapatkan, antara lain saya merasa ada amanah untuk saya tunaikan, saya menggagas ide pengelolaan sampah kresek di lingkungan Pimpinan Daerah Aisyiyah Bantul untuk dikelola menjadi bahan menjadi produk baru, produk berkelanjutan, yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan yang diselenggarakan di Aisyiyah. 

Dalam penerapan praktik pengelolaan sampah ini, saya membina 5 Ibu yang melibatkan keluarganya masing-masing untuk peduli lingkungan terutama dalam penggunaan plastik kresek, meminimalkan penggunaan plastik kresek, mengelola sampah plastik kresek menjadi barang-barang berdaya guna lain produk berkelanjutan. 

Melalui kegiatan ini, saya melihat ada kesempatan baik dalam menjalankan gerakan Gaharu Keluarga secara efektif. Hal ini membuat saya pun sadar bahwa dengan semangat yang kuat, akan selalu ada jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapi.

(Tri Ratna Sukmawati - LLHPB Aisyiyah, Change Leader Gaharu Keluarga. Pendamping Keluarga dan Penulis Kisah Baik Gaharu Keluarga Bantul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)