Komunikasi Sehat adalah Kunci Keluarga yang Sehat bersama PESADA

PESADA di Pakpak Bharat, Sumatera Utara fokus pada pendidikan prasekolah, pemberdayaan perempuan, dan kesadaran gender. Menghadapi tantangan dalam melibatkan suami dan mendapatkan dukungan pemerintah, PESADA lewat Sartika Sianipar menerapkan diskusi terbuka dan praktik Gaharu Keluarga, yang menekankan pembagian peran yang adil dan komunikasi yang sehat dalam keluarga dampingan.
Story bubbles on world map
Source: Ashoka

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu wilayah kerja PESADA dan merupakan tempat berdirinya PESADA pada tahun 1990 di Desa Tinada Kab. Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara. PESADA mengawali  pengembangan masyarakat melalui pendidikan anak-anak prasekolah dan pengembangan kelompok perempuan serta gender. 

Konsep Utama PESADA untuk Mengenalkan Kebaikan melalui Pendidikan

Definisi pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Hal inilah yang ditanamkan PESADA pada masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat. 

PESADA melakukan pendidikan melalui diskusi kritis  dengan tiga isu utama, yaitu pendidikan melalui kursus Ekonomi Rumah Tangga (ERT), pendidikan melalui kursus Penyadaran Gender untuk suami (KPG), pendidikan mengenai Ketubuhan dan Perkembangan Anak melalui modul pendidikan seks dalam keluarga dan pendidikan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR). 

Dalam membangun kesadaran kritis di masyarakat, PESADA melakukan melalui pendekatan dengan menyasar pada keluarga atau kelompok, seperti para keluarga Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), anggota Kebun Keluarga, Advokasi Keluarga Hak Identitas Keluarga (akte lahir, akte kawin, kartu keluarga,KTP dsb), kelompok perempuan, seperti perempuan atau Ibu-Ibu para anggota Credit Union beserta para suaminya. 

Tantangan yang Ditemui PESADA dan Cara Menghadapinya

Dalam pendekatan kritis yang dilakukan oleh PESADA, perjalanan yang dilalui tidaklah mudah.  Ada persoalan dan tantangan yang kerap dihadapi, di antaranya adalah sulitnya mengajak keterlibatan suami anggota dampingan Credit Union. Ini karena, para suami tersebut masih beranggapan program PESADA hanya ditujukan khusus untuk para perempuan saja. 


Tantangan lainnya adalah, program yang dilakukan PESADA juga kurang mendapat dukungan dari pemerintah desa untuk pemberdayaan perempuan, karena pemerintah desa lebih fokus dan mengutamakan perencanaan infrastruktur pembangunan desa.

Tapi, situasi ini tak menyurutkan semangat para penggerak perubahan di PESADA. Satu demi satu persoalan diurai dan direncanakan cara terbaik untuk melahirkan solusi. Langkah pertama yang dilakukan PESADA adalah mengenalkan konsep Gerakan Pembaharu (GAHARU) Keluarga dengan praktik yang diterapkan dan dimulai oleh para keluarga Change Leader, para fasilitator Gaharu Keluarga. Kemudian diikuti langkah kedua dengan mengadakan pelatihan kader utama dan keluarga dampingan PESADA. Dilanjutkan langkah ketiga, yaitu memberi pelatihan pada kelompok perempuan Credit Union hingga dapat memberikan edukasi yang tepat pada para suami anggota Credit Union serta pemerintah desa. 

Pengalaman Saya sebagai Change Leader bersama Keluarga Menerapkan Konsep Gaharu Keluarga

Langkah pertama mengenalkan Gaharu Keluarga adalah melalui diri saya sebagai Change Leader dan melalui keluarga saya. Kami lah yang harus memulai, mengenali, menjalankan dan merasakan bagaimana proses yang akan dilalui. 

Setelah mendapatkan pelatihan, saya menyampaikan apa saja yang saya dapatkan pada suami dan keluarga saya. Saya jelaskan apa saja yang boleh dan tidak dilakukan dalam membangun keluarga dan mendampingi anak-anak. Sekitar seminggu setelahnya, dan respon keluarga cukup baik, mulailah kami praktikan apa yang diajarkan, dimulai dengan membaca buku bersama.

Kemudian mulailah kami mengurai akar atau identifikasi masalah dari seluruh persoalan yang terjadi pada keluarga kami. Hingga kami temui beberapa hal, antara lain:
Seperti keluarga lain ketika belum memahami Gaharu Keluarga, saya dan suami tidak memiliki pemahaman mengenai konsep membangun rumah tangga yang baik. Contohnya, kami tidak pernah menjadwalkan waktu khusus untuk bercakap-cakap dengan anak-anak, ini karena kami merasa waktu kami sudah habis untuk bekerja di luar rumah sehingga waktu bersama dengan anak-anak sangat sedikit.


Kami juga tidak menyiapkan sarana edukasi seperti buku cerita tentang keluarga bagi anak-anak kami. 
Kami juga sangat menyadari bahwa kami belum memiliki keterampilan untuk mengajak anggota keluarga berdiskusi atau berinteraksi melalui pertanyaan terbuka. Apalagi melakukan kegiatan seperti permainan yang menumbuhkan keakraban dengan sesama anggota keluarga. 

Dari identifikasi tiga urutan teratas inilah, kami mencoba untuk mulai merapikan dan mengoreksi hal-hal yang dianggap penting bagi keluarga kami. Seperti apa? 

Hal pertama yang saya lakukan di keluarga saya sendiri adalah dengan menyiapkan  waktu untuk bercengkrama dan berbincang dengan seluruh anggota keluarga tanpa ada ponsel. Di momen tersebut, saya awali dengan mulai menceritakan tentang kegiatan saya sepanjang hari lengkap dengan sensasi emosi yang saya rasakan, apakah senang atau sedih. 

Kemudian, cerita mengalir ke topik lainnya seperti cerita tentang makanan, perjalanan saya ke lapangan, termasuk menceritakan siapa saja orang yang saya dampingi dan topik lainnya yang saya anggap menarik untuk dibahas.

Di langkah kedua, saya coba masuk ke sesi bertanya, di mana saya mengajukan pertanyaan yang terbuka dengan situasi yang menyenangkan, tentang keadaan dan perasaan masing-masing anggota keluarga, yaitu suami dan anak-anak tanpa adanya sikap menghakimi atau seolah menyalahkan. 

Beberapa pertanyaan yang saya ajukan adalah, menanyakan perasaan menyenangkan yang mereka alami di hari itu. Saya sengaja tidak menanyakan hal yang dirasa berat oleh anak-anak, seperti tugas dan PR sekolah secara langsung, supaya anak-anak mendapatkan kenyamanan dalam momen berkumpul bersama itu.

Ada yang menarik dari tahapan ini, yaitu reaksi anak pertama saya yang bersifat protes. Walau di awal tampak sungkan menyampaikan, tetapi karena melihat reaksi saya yang tenang, anak pertama saya mulai berani menyampaikan isi hatinya mengenai keberatannya ketika suatu waktu saya memarahi dia dengan suara kuat dan memberi banyak pertanyaan padanya.

Saya pun menyadari, keterbukaan seperti ini menjadi refleksi bagi kami semua. Ternyata, dengan menciptakan sesi berbincang, anak saya mulai terbuka bercerita pada saya tentang yang dialaminya di hari tersebut, saya pun memberikan waktu mendengar dan menanggapinya.

Penerapan Konsep Gaharu Keluarga di Masyarakat

Dari pengalaman langsung mempraktikkan Gaharu Keluarga, sebagai Change Leader, saya merangkum dan membuat panduan secara umum yang dapat membantu dalam diskusi atau bincang-bincang dengan calon keluarga dari Gaharu Keluarga. Semua berjalan sejalan dan beriringan, sambil terus mendampingi keluarga-keluarga lain yang ingin bertumbuh dengan lebih baik.

Saya menjadwalkan pertemuan reguler dengan para keluarga lainnya. Agenda yang saya susun untuk pertemuan tersebut membahas beberapa topik diskusi, seperti:

  • Mengenalkan tujuan Gaharu Keluarga
  • Mengajak para keluarga untuk identifikasi persoalan dalam keluarga seperti ekonomi rumah tangga
  • Memberikan pendidikan ketubuhan atau pendidikan seks yang tepat dan benar
  • Memberikan pengetahuan mengenai perkembangan anak serta perbedaan seks dan gender 

Seperti keluarga di Kabupaten Pakpak Bharat pada umumnya, para peserta di pelatihan Kader Utama ini belum pernah  menggunakan cara-cara atau biasa kami sebut dengan tools, untuk melakukan refleksi kehidupan keluarga melalui menggambar Sungai Kehidupan Keluarga.

Sebagai gambaran umum kondisi rata-rata keluarga antara lain:

  • Tidak memiliki waktu bercakap-cakap dengan anak. 
  • Masih melabeli anak dengan sebutan anak nakal atau bandal serta membandingkan kondisi atau karakter anak berdasarkan zaman.
  • Konsep berpikir yang dianut masih sangat konvensional dan beranggapan bahwa anak harus tunduk dengan perkataan orang tua tanpa boleh menyampaikan isi hati dan pikirannya. 
  • Para orang tua ini belum bisa menjadikan anak menjadi sahabat.

Dalam proses pendampingan PESADA ini, saya juga mendapatkan pembelajaran, seperti:

  • Masih ada anggapan kegiatan Gaharu Keluarga ini hanya mendidik anak sehingga yang terlibat cukup istri saja, pembagian tugas atau peran perempuan dan laki-laki di dalam rumah dan suami lebih mengutamakan membicarakan mengenai pertanian dan bantuan yang diberikan pemerintah desa tidak tepat sasaran.
  • Ada keraguan dari pihak istri, bahwa suami tidak bisa terlibat secara rutin
  • Ada salah paham atau salah persepsi terhadap anggapan bahwa Change Leader  bertugas “membantu mendidik anak” bukan hanya mendampingi keluarga untuk mandiri berubah. Contohnya seperti di kelompok perempuan anggota Credit Union PESADA menurut mereka mendidik anak adalah tugas istri, hanya istri yang memikirkan mengenai ekonomi rumah tangga. 

Kemudian keluhan lainnya seputar permasalahan keluarga seperti beberapa di antaranya:

  • Anak selalu menggunakan HP tanpa mengenal waktu. 
  • Perjuangan ibu tunggal yang menafkahi anak-anak.
  • Suami jarang bermain bersama dengan anak-anak.
  • Istri tidak diakui di adat meskipun secara pemahaman sang istri memahami soal adat di keluarga besar.
  • Hingga ketidakmampuan berbicara antar lintas generasi misalnya antara lansia (kakek dan nenek) dengan anak-anak (cucu). 

Pada pendampingan ini, para peserta dengan status suami anggota Credit Union, mengikuti sesi diskusi, seperti sosialisasi penyadaran gender, membangun kesadaran baru laki-laki keluarga pembaharu dan upaya serta strategi membangun komunikasi dalam keluarga. 

Pemahaman yang sangat menonjol dari pendapat peserta adalah mendidik anak adalah hanya tugas seorang istri dan masih jarang ditemukan suami ikut terlibat mengerjakan pekerjaan rumah. Tugas suami hanya mencari nafkah, pada saat pulang ke rumah yang pertama ditemui anak-anak dan sudah berkurang memperdulikan istri. 

Langkah-Langkah yang Dilakukan
Apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan dan diterapkan pada setiap keluarga? Berikut tata caranya:
Kepada keluarga dampingan, tim PESADA menyampaikan apa itu Gaharu Keluarga dan apa tujuan utamanya. 


Membangun aturan dengan bijak bersama keluarga, antara lain:

  • Secara bersama menetapkan penyesuaian waktu keluarga dan menyepakati jadwal untuk berbincang-bincang antar anggota keluarga.
  • Istri terbuka menerima kondisi ketika suami lebih memilih membicarakan mengenai pertanian dan bantuan. Arah percakapan bisa menghubungkan isu pertanian dengan menggunakan pupuk organik melibatkan anggota keluarga atau disebut kebun keluarga. 
  • Change Leader meminta pandangan anggota keluarga mengenai bantuan dan kelayakan keluarga tersebut menerima bantuan. 
  • Mengenai biaya-biaya kebutuhan yang meningkat  supaya anggota keluarga menuliskan pendapatan dan pengeluaran di dalam keluarga supaya mengevaluasi apa saja yang bisa dikurangi dan bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya. 
  • Mengajarkan budaya menabung dan direncanakan, menabung bukan diberikan karena sisa-sisa belanja tetapi kewajiban. 

Di kelompok anggota Credit Union PESADA, Change Leader meminta peserta berbagi pengalaman mengenai mendidik anak dan pembagian tugas di dalam rumah tangga. Peserta menyampaikan pengalamannya dan menuliskannya di plano. Change Leader  melakukan brainstorming apa hal baik dan tidak baik dilakukan dari pengalaman masing-masing. 

Salah satu diskusi yang terjadi ketika ada peserta menyampaikan keharusan anak perempuan mengerjakan pekerjaan rumah dan berpakaian di kamar mandi setelah selesai mandi. Aturan ini diperlakukan hanya kepada perempuan dan tidak diberlakukan kepada laki-laki. Saya selaku Change Leader memandu diskusi dengan pertanyaan: 
Menurut pandangan peserta, apakah aturan ini adil kepada anak? 
Apakah tugas mengasuh anak hanya tanggung jawab seorang ibu? 

Dari proses ini, peserta mencari solusi dari kondisi yang ada, Kesimpulan yang didapat ternyata pekerjaan rumah tidak hanya kewajiban perempuan dan istri saja. Menurut mereka, terkadang sulit mengubahnya karena sudah mengakar pemahaman mengenai laki-laki tidak mengerjakan pekerjaan rumah tetapi menurut mereka ada saja beberapa laki-laki mau berbagi tugas di dalam rumah tangga.

Bagaimana dengan Tanggapan Peserta Gaharu Keluarga?

Suami-suami anggota Credit Union, beranggapan bahwa PESADA hanya mendampingi perempuan saja sehingga Change Leader menyampaikan program-program PESADA mengenai stakeholder PESADA (Forum Multi Stakeholder, tokoh adat & agama laki-laki, perempuan muda).  

Saya sebagai Change Leader juga menanyakan kepada peserta apa arti keluarga bagi peserta. Peserta menyampaikan keluarga itu adalah tempat pulang, berbagi suka dan duka, memberi semangat, ada anak-anak dan alasan untuk mencari nafkah. 

Kemudian Change Leader meminta pandangan peserta melalui pertanyaan:
Bagaimana sebaiknya seorang suami yang baik? 
Bagaimana pengalaman pembagian peran di dalam rumah tangga? 
Apakah keharusan kepada seorang suami untuk mencari nafkah? 
Apakah tugas mengasuh anak hanya dibebankan kepada istri dan pekerjaan rumah dikerjakan anak perempuan dan istri saja?  

Pertanyaan pemantik ini membuat peserta berpikir dan menyampaikan pengalaman sehari-hari. Kemudian kata kunci pengalaman peserta dituliskan dan meminta pandangan orang lain. Dari proses ini peserta menyimpulkan bahwa pembagian peran dalam rumah tangga harus dibicarakan. Meskipun masih ada keengganan melakukannya karena malu dilihat orang lain padahal sudah mengetahui pekerjaan itu bisa dikerjakan laki-laki. 

Hasil yang Didapatkan dari Proses Pendampingan 

Dari proses yang berjalan, kami mendapat sejumlah hal yakni: 

  • Upaya dan Aktivitas yang Dilakukan bersama Komunitas Keluarga. Saya bersama anggota keluarga sudah menulis dan menempelkan jadwal bercakap-cakap dengan anggota keluarga. Setiap makan bergilir memimpin doa bersama. Mengusahakan setiap malam makan bersama dan masing-masing bercerita mengenai apa saja yang dikerjakan 1 hari dan perasaan senang dan sedih tanpa menyalahkan dan menggurui.
  • Menggunakan berbagai media tentang keluarga seperti membaca seri buku Becoming A Changemaker, menonton film berjudul “Ngeri-Ngeri Sedap”, journaling antara saya dan anak perempuan, kebun keluarga di samping rumah. 
  • Membangun komunikasi lebih baik bersama suami seperti  berdiskusi mengenai anak, pendapatan dan pengeluaran keluarga, sosial yaitu adat, keluarga besar suami dan istri. Sekaligus bertugas untuk mengecek jadwal untuk bercakap-cakap.

Semua itu, diterapkan di Gaharu Keluarga. Change Leader melakukan diskusi atau bincang-bincang secara reguler dengan topik diskusi yang sudah disepakati bersama dengan keluarga. Membaca buku Gaharu Keluarga dan meminta pandangan, pendapat dan hal-hal yang akan diterapkan oleh keluarga dari buku tersebut contohnya: pengolahan sampah dan membuat kebun keluarga dengan menggunakan pupuk organik di samping rumah. 

Menonton bersama dengan keluarga Gaharu Keluarga, mendiskusikan mengenai ekonomi rumah tangga dengan menuliskan apa yang menurut anggota mengenai pengertian dan contoh  kebutuhan, kewajiban dan keinginan. Bersama-sama meminta pandangan peserta apakah contoh yang disampaikan cocok di kebutuhan, kewajiban dan keinginan. 


Contohnya, biaya adat apakah kebutuhan atau kewajiban. Di sini terjadi diskusi dan perubahan kesadaran kritis ternyata biaya adat seringkali tidak dianggarkan tetapi sangat mempengaruhi pengeluaran atau membutuhkan biaya yang banyak. Si istri mengatakan biaya adat kewajiban, si suami mengatakan biaya adat kebutuhan karena hidup di daerah adat. Kebutuhan adalah keharusan dan tidak bisa hidup tanpanya. 

Kembali menanyakan kepada anggota keluarga sehingga menyimpulkan biaya adat merupakan kewajiban. Sehingga solusi yang mereka sampaikan untuk mengurangi biaya adat adalah menghadiri pesta keluarga dekat saja bahwa bukan keharusan menghadiri sebuah pesta. Membuat anggaran tahunan di dalam keluarga, menuliskan pendapatan dan pengeluaran.  Anggota keluarga menabung dan merupakan keharusan. Membuat pupuk organik untuk mengurangi biaya pertanian. 

Di kelompok anggota dampingan PESADA, melakukan diskusi pada saat jadwal penabungan Credit Union. Berbincang-bincang mengenai persoalan yang dihadapi peserta di dalam keluarga dan apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. 
Contohnya pelabelan dengan kata-kata, seperti, “anak bandel, tidak bisa diajari”
Peserta lebih memilih diam, pergi dari rumah, ada yang mengingatkan ketika menonton bersama, didoakan, di les kan atau pelajaran tambahan, tidak mengisi paket internet anak dsb. 

Kemudian change leader meminta pandangan peserta hal yang baik dan tidak baik. Seperti:
1. Menanyakan peserta, menabung dan meminjam untuk apa? 
2. Apakah diketahui suami dan anak-anak? 


Peserta menyampaikan ada diketahui dan ada juga tidak diketahui oleh suami. Meminjam untuk biaya pendidikan anak-anak, modal pertanian, modal usaha. Sering sekali beban mengenai pinjaman hanya kepada istri dan tidak disampaikan kepada suami sehingga perlu disampaikan dan direncanakan. 

Suami-suami anggota Credit Union, menonton bersama mengenai video pembagian peran suami, istri dan anak-anak. Perbedaan perempuan dan laki-laki secara biologis dan gender, bentuk-bentuk ketidakadilan gender. Berdiskusi bersama mengenai laki-laki baru, membangun keluarga pembaharu. 

2. Hasil yang dirasakan setelah inisiatif perubahan dilakukan 
Tools yang digunakan: 
Mentimeter.
Sungai kehidupan.
Membaca.
Journaling membantu anggota keluarga dan dampingan untuk terbuka menceritakan pengalaman.
Membangun keakraban dan mampu mengevaluasi kegiatan melalui HP. 

Keterbukaan untuk menyampaikan perasaan, hal-hal yang tidak disukai dan disukai, mengelola ekonomi rumah tangga, peran-peran domestik dan sudah ada kesepakatan bersama untuk membuat jadwal dan komitmen bersama. Anggota keluarga sudah mulai berempati kepada anggota keluarga (suami) yang disabilitas fisik dengan melibatkan untuk berdiskusi mengenai rencana-rencana akan akan dilakukan.

Masing-masing mengalami tantangan, persoalan di dalam rumah tangga tetapi sudah mulai mampu mencari solusi seperti masalah ekonomi rumah tangga (mengurangi pupuk kimia, menabung, mengurangi jajan, tidak membeli barang secara online dsb) serta mencatat anggaran pengeluaran dan pendapatan di dalam keluarga. 

Tumbuh kesadaran kritis anggota keluarga mengenai tanggung jawab, beban tidak hanya dikerjakan 1 orang saja tetapi bersama-sama memikirkan dan melakukannya. Mulai menulis pengalaman pribadi, komunikasi yang baik, pertanyaan yang terbuka, tidak menyalahkan dan bersama-sama memiliki mimpi di hari tua (membeli lahan pertanian, persiapan biaya pendidikan anak). 

3. Pembelajaran & rekomendasi 
Pembelajaran:
Perubahan bukan didapatkan secara instan tetapi diperoleh dari kemauan dan tindakan. Perubahan dalam diri sendiri tidak bertahan lama kalau tidak berdampak kepada orang lain. Sehingga Gaharu Keluarga ini tidak hanya terjadi perubahan di keluarga saja namun harus mampu mengajak, role model untuk keluarga lain dengan menunjukkan tindakan dan perilaku dari perubahan yang kecil hingga berdampak ke banyak orang. 
Keterlibatan semua anggota keluarga harus betul-betul dipastikan. Pengalaman setiap anggota keluarga berharga dan menjadi pembelajaran. Menumbuhkan empati ketika sama-sama terjalin komunikasi dan keterbukaan. Tidak ada teori pasti menjawab persoalan dan tantangan tetapi dari pengalaman masing-masing.
Pengalaman, pandangan setiap keluarga berbeda-beda dalam mempertahankan keluarga. 
Rekomendasi:

  • Membicarakan mengenai adat mengenai (warisan, marga, menikah tidak menikah, pendidikan, silsilah, hanya memiliki anak perempuan).
  • Pembahasan gender dan penguatan perempuan pada saat momen tahun baru atau pada saat kumpul keluarga. 
  • Buku cerita yang sesuai dengan lingkungan setempat.
  • Hasil pandangan dan pengalaman keluarga, dampingan perempuan dicatat dan menjadi bahan ketika pertemuan Forum Multi Stakeholder. 

Dari hasil pendampingan ini, sangat jelas bahwa komunikasi yang sehat adalah kunci keluarga yang sehat. Kondisi ini akan menumbuhkan manusia-manusia generasi penerus yang berkualitas.

(Sartika Sianipar dari PESADA, Change Leader Gaharu Keluarga. Penulis dan Pendamping Keluarga Kisah Baik Gaharu Keluarga)